TEMPO.CO, Nay Pyi Taw - Presiden Myanmar U Thein Sein membuka pertemuan menteri-menteri ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Ministers’ Meetings) ke-46, Senin, 25 Agustus 2014. Pertemuan yang akan berlangsung hingga Jumat, 28 Agustus 2014 ini, akan membahas kelanjutan liberalisasi tarif dan jasa menuju tercapainya Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Saat memberikan sambutan, Thein Sein mengatakan Myanmar sebagai Ketua ASEAN tahun ini memilih tema "Bergerak Maju dalam Persatuan untuk Mencapai Masyarakat Damai dan Sejahtera". “Saya berharap, dengan semangat tema ini, negara-negara ASEAN akan bahu-membahu untuk mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera,” tuturnya. (Baca : Pejabat ASEAN Matangkan Rencana Liberalisasi)
Secara khusus, Thein Sein menyoroti upaya ASEAN untuk menjadi kawasan ekonomi yang kompetitif melalui pembangunan usaha kecil dan menengah. Menurut dia, Myanmar menetapkan pembangunan UKM sebagai salah satu prioritas perekonomian negara itu. (Baca : Masyarakat Ekonomi ASEAN Sulit Dicapai Tahun Depan)
Menurut dia, program pengembangan kapasitas UKM Myanmar bersama tiga negara ASEAN lain, yakni Kamboja, Laos, dan Vietnam, di bawah Inisiatif Integrasi ASEAN Fase 2, akan membantu memperkecil kesenjangan pembangunan di antara keempat negara tersebut dengan anggota ASEAN lainnya. Tujuan lainnya adalah mempercepat integrasi regional.
Pernyataan Thein ini menarik, mengingat posisinya sebagai presiden pemerintahan sipil pertama Republik Uni Myanmar. Ia menjabat sejak 30 Maret 2011. Sejak itu pula Myanmar mulai melakukan berbagai kebijakan reformasi di bidang politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Khusus di bidang ekonomi, reformasi dilakukan lewat pendekatan kebijakan fiskal dan moneter serta reformasi pelayanan perbankan.
Tak hanya itu, berdasarkan data dari Kedutaan Besar Indonesia di Yangon, Myanmar juga melakukan pengembangan industri, pembangunan infrastruktur dan peningkatan kapasitas kelembagaan, pengurangan tarif bea masuk, serta standardisasi dan kelonggaran aturan dagang.
Semua perkembangan positif itu mendapat pengakuan dari komunitas internasional yang, antara lain, ditunjukkan dengan dikuranginya sanksi dari Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang, dan Australia bagi negara berpenduduk 61 juta jiwa ini.
Nilai perdagangan Indonesia-Myanmar juga terus meningkat. Sepanjang April 2013-Maret 2014, Myanmar mengimpor barang dari Indonesia senilai US$ 438,82 juta (tahun 2012 sebesar US$ 195,23 juta). Sedangkan ekspor Myanmar ke Indonesia sebesar US$ 60,04 juta (tahun 2012 sebesar US$ 31,54 juta).
Komoditas ekspor Indonesia ke Myanmar, antara lain, minyak sawit, peralatan industri, besi-baja, produk farmasi, barang elektronik, plastik, karet, kertas, dan suku cadang kendaraan bermotor. Sedangkan impor dari Myanmar meliputi sumber daya mineral, kacang-kacangan, jati, matpe hitam, dan tepung maizena.
Thein mengimbuhkan, sebagai Ketua ASEAN 2014, Myanmar juga mendorong negara-negara ASEAN supaya berupaya sekuat tenaga guna mewujudkan integrasi ekonomi regional melalui liberalisasi arus barang, arus jasa dan investasi, tenaga kerja terampil, serta arus modal. Tujuannya adalah demi mewujudkan pencapaian Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Ihwal liberalisasi arus modal, Thein Sein percaya upaya untuk melakukan liberalisasi tarif dan pengembangan ASEAN Single Window akan meningkatkan arus perdagangan di antara negara-negara ASEAN dan di luar kawasan ASEAN. Thein melanjutkan, saat ini sebanyak 82,1 persen dari daftar langkah prioritas dalam cetak biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 sudah berhasil diimplementasikan. “Mengingat 2015 sudah semakin dekat, saya mendorong negara-negara ASEAN melaksanakan sisa langkah prioritas yang belum selesai,” ujarnya.
Thein melanjutkan, rencana induk ASEAN Connectivity telah mulai dijalankan untuk mencapai integrasi ASEAN. Proyek-proyek yang terkait dengan keterhubungan fisik memerlukan sumber daya finansial dan teknologi yang luar biasa. Untuk itu, Myanmar tengah mengembangkan prinsip-prinsip ASEAN untuk kerangka kemitraan pemerintah-swasta. “Saya yakin negara-negara ASEAN akan mendukung upaya ini,” ujarnya.